HIV

HIV

Di seluruh dunia, virus HIV masih menjadi masalah kesehatan global yang serius. HIV dapat mempengaruhi siapa saja, dari segala usia, jenis kelamin, geografis, orientasi seksual, dan status sosial-ekonomi. 

Virus ini dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit AIDS, yang dapat menyebabkan banyak komplikasi serius. Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, masih banyak orang yang terinfeksi HIV setiap tahunnya. Oleh karena itu, penting untuk terus mengambil tindakan preventif dan meningkatkan kesadaran tentang HIV dan cara mencegah penyebarannya.

Source: spiritia.or.id

1. Definisi dan Penjelasan tentang Virus HIV dan AIDS

Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini merusak sel CD4 atau sel darah putih yang memegang peran penting dalam menjaga kekebalan tubuh manusia. Akibatnya, tubuh manusia yang terinfeksi HIV menjadi rentan terhadap berbagai penyakit dan infeksi. Jika penyakit HIV tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Pada tahap ini, kemampuan tubuh manusia dalam melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, dan ASI. Akan tetapi, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, maupun sentuhan fisik. Mengidap HIV bukanlah sebuah akhir, karena ada obat-obatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit ini dan meningkatkan harapan hidup penderita. Di Indonesia, jumlah kasus infeksi HIV terus meningkat setiap tahunnya, dengan jumlah penderita AIDS yang cenderung meningkat juga. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala dan cara pencegahan penyebaran HIV. [1][2]

Pengertian HIV

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ketika virus ini masuk ke dalam tubuh manusia, ia menyerang sel CD4 yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Semakin banyak sel CD4 yang hancur, maka daya tahan tubuh akan semakin lemah dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Jika tidak diobati secara tepat, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome. AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV dimana tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi.

Penularan HIV terutama melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, dan ASI. HIV tidak menular melalui udara atau sentuhan fisik seperti gigitan nyamuk, air keringat, air liur, dan air mata. Meskipun belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, terdapat obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan meningkatkan harapan hidup penderitanya. Di Indonesia, terdapat lebih dari 50.000 kasus infeksi HIV dan jumlah penderita AIDS cenderung meningkat. Orang yang memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV antara lain yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, pengguna narkotika suntik, orang dengan infeksi penyakit seksual, serta orang yang sering membuat tato atau tindik. Tes HIV dilakukan untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak. [3][4]

Cara penularan virus HIV

Virus HIV menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, dan ASI. Oleh karena itu, risiko penularan virus HIV meningkat pada orang yang memiliki hubungan intim yang tidak aman. Selain itu, penggunaan jarum suntik yang tidak steril saat menggunakan narkoba juga dapat memperbesar risiko tertular virus HIV. Virus ini tidak menyebar melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik biasa. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir berada dalam satu ruangan dengan seseorang yang menderita HIV atau AIDS. Hanya cairan tubuh tertentu saja yang menjadi sarana penularan virus ini. Oleh karena itu, untuk mencegah penularan virus HIV, penting untuk menjaga kebersihan, menghindari perilaku yang meningkatkan risiko tertular virus, seperti berhubungan seksual tanpa kondom, dan menghindari penggunaan narkoba. [5][6]

Gejala-gejala infeksi HIV

Gejala infeksi HIV dapat berbeda-beda tergantung pada tahap mana virus tersebut terinfeksi. Pada tahap awal, pengidap HIV mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali selama beberapa tahun. Namun, setelah beberapa waktu, pengidap akan mengalami gejala nyeri tubuh seperti flu, demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan. Selain itu, pengidap HIV juga bisa merasakan gejala lain seperti ruam, nyeri otot dan sendi. Pada tahap selanjutnya, virus akan terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap lebih rentan terkena infeksi dan penyakit lainnya. Pada tahap akhir, pengidap HIV akan mengalami gejala yang lebih parah seperti diare kronis, infeksi jamur pada tenggorokan, dan berat badan yang turun drastis. Penting untuk diingat bahwa gejala HIV tidak selalu sama pada setiap orang dan bisa bervariasi. Maka dari itu, tes HIV sangat penting dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. [7][8]

Cara mencegah penyebaran HIV

Cara mencegah penyebaran HIV sangatlah penting agar kita dapat terhindar dari penyakit yang mematikan ini. Salah satu cara utama adalah dengan menggunakan kondom saat berhubungan intim, baik itu dengan pasangan seksual yang tetap maupun ganti-ganti. Selain itu, sebaiknya tidak melakukan aktivitas seksual yang berisiko, seperti melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan orang yang sudah memiliki HIV atau dengan orang yang tidak diketahui status HIV-nya. Bagi pengguna narkotika suntik, sebaiknya tidak menggunakan jarum suntik yang tidak steril atau beralih menggunakan jarum suntik yang steril setiap kali mereka melakukan injeksi pada dirinya sendiri. Konsumsi narkoba bersama-sama dan bergantian menggunakan jarum suntik yang sama adalah praktik yang sangat berbahaya dan memperbesar risiko penularan HIV. Untuk mencegah penyebaran HIV, sangat penting untuk terbuka dan jujur tentang status HIV Anda dan menjaga kesehatan dan kebersihan fisik Anda. Saatnya mengubah perilaku kita dan berkomitmen untuk mencegah penyebaran HIV. [9][10]

Perbedaan antara HIV dan AIDS

Peraan antara HIV dan AIDS terletak pada tahapan infeksi yang dihadapi dan gejala yang ditimbulkan. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyerang sel darah putih dalam sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menyebabkan peradangan dan penyakit. Sementara itu, AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah tahap lanjut dari infeksi HIV di mana sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah dan rentan terhadap penyakit. Pengidap HIV mungkin tidak selalu mengalami gejala apapun, sedangkan pengidap AIDS biasanya menderita gejala akibat penurunan fungsi sistem kekebalan. Hal ini juga mempengaruhi pengobatan yang diberikan, di mana pengidap HIV dapat diobati dengan antiretroviral therapy untuk menekan perkembangan virus, sedangkan pengidap AIDS memerlukan perawatan untuk mengatasi penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penting untuk diketahui bahwa setiap orang yang mengidap AIDS pasti mengidap HIV, namun tidak semua yang mengidap HIV akan mengalami tahap AIDS. Untuk mengetahui status kesehatan, sebaiknya lakukan tes HIV secara teratur. [11][12]

Source: bundaarif.co.id

2. Cara Penularan Virus HIV dan Pencegahan yang Dapat Dilakukan

Virus HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Penularannya dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan kehamilan, persalinan serta menyusui bagi ibu yang terinfeksi. Oleh karena itu, pencegahan terhadap penularan virus HIV sangatlah penting. Salah satu cara pencegahan adalah dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Selain itu, hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian dan pastikan jarum suntik yang digunakan adalah steril. Bagi ibu yang terinfeksi HIV, konsultasikan hal tersebut dengan dokter agar dapat ditangani dengan baik. Pengobatan antiretroviral juga dapat membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh penderita HIV. Dengan pencegahan dan penanganan yang tepat, penyebaran virus HIV dapat diminimalisasi. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan diri dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan risiko penularan virus HIV. [13][14]

Source: www.tagar.id

3. Statistik Jumlah Penderita HIV dan AIDS di Indonesia

Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia pada Juni 2022 mencapai lebih dari 500 ribu orang. Provinsi dengan jumlah penderita HIV terbanyak adalah DKI Jakarta, diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua. Meskipun jumlah penderita HIV di Indonesia mengalami penurunan sebesar 36 persen pada 2021, Indonesia tetap menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus HIV tertinggi di kawasan Asia dan Pasifik. Sementara itu, jumlah penderita Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 2.278 persen dari tahun 2019 hingga 2020. Penderita HIV yang dilaporkan didominasi oleh usia produktif dan tua, sementara penderita AIDS terbanyak berasal dari usia produktif. Jika infeksi HIV tidak diobati secara tepat, dapat menyebabkan AIDS. Oleh karena itu, penting bagi penderita HIV untuk segera mendapatkan pengobatan (ARV) agar dapat menekan jumlah virus dalam tubuh dan mencegah penyebaran. [15][16]

Source: pbs.twimg.com

4. Tahapan Gejala HIV dari yang Awal hingga Tahap AIDS

HIV merupakan virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh sehingga penderitanya menjadi lebih rentan terserang penyakit. Tahapan gejala HIV bisa dibagi menjadi tiga periode: infeksi HIV akut, infeksi HIV kronis, dan tahap AIDS. Pada tahap infeksi akut, biasanya terjadi pada beberapa bulan awal pasca terinfeksi HIV. Gejala awal HIV yang muncul pada tahap ini serupa dengan gejala penyakit flu yang dapat mereda dan kambuh kembali. Pada tahap laten HIV atau infeksi HIV kronis, virus tetap aktif dalam merusak daya tahan tubuh namun berkembang biak dalam jumlah yang cenderung sedikit. Pada tahap ini sebagian penderita tidak merasakan gejala apapun, sedangkan yang merasakan gejala mungkin merasa kelelahan, sakit kepala, mual muntah, dan lainnya. Jika infeksi pada tahap laten tidak mendapatkan penanganan, maka bisa menyebabkan HIV semakin berkembang menjadi AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh menjadi sangat lemah dan penderita bisa terkena bermacam-macam penyakit yang bisa menjadi sangat berbahaya. [17][18]

Source: cdn.antaranews.com

5. Faktor Risiko yang Meningkatkan Kemungkinan Terkena HIV

Faktor Risiko yang Meningkatkan Kemungkinan Terkena HIV

HIV dan AIDS adalah penyakit yang sangat serius dan harus dihindari secara benar. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengetahui faktor risikonya. Beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena HIV antara lain ibu rumah tangga dan ibu hamil karena penularan dapat terjadi dari ibu kepada bayi yang dikandung, melalui proses persalinan atau air susu ibu saat menyusui. Selain itu, orang yang kerap berganti pasangan juga berisiko tinggi terkena HIV. Selain itu, virus HIV juga dapat menular melalui hubungan seks baik melalui vagina, dubur, atau dengan berganti-ganti pasangan. Penggunaan NAPZA suntik dan berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi HIV juga dapat meningkatkan risiko tertular. Selain itu, menderita IMS, serta menerima transfusi darah, transplantasi jaringan, dan prosedur medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko tertular HIV. Seseorang yang memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko ini harus memperhatikan dengan serius dan selalu mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari HIV dan AIDS. [19][20]

Source: static.republika.co.id

6. Pengobatan dan Obat Penting untuk Pengidap HIV dan AIDS

Pidap HIV dan AIDS dapat memperlambat perkembangan virus dengan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV). Obat ini bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan oleh virus untuk menggandakan diri dan mencegah virus merusak sel CD4. Selain itu, dokter akan memonitor sel CD4 dan respons pasien terhadap pengobatan selama masa pengobatan. Pasien hendaknya segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV serta konsisten mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter. Melewatkan konsumsi obat dapat membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pasien. Selain ARV, pasien dapat mengonsumsi obat antivirus lainnya untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. Proses pengobatan perlu dilakukan secara bertahap dan dalam waktu yang cukup lama. Pasien juga perlu mengetahui efek samping yang mungkin timbul akibat mengonsumsi obat. Oleh sebab itu, memiliki asuransi kesehatan dapat membantu meminimalisir biaya pengobatan serta memastikan proses pengobatan yang lebih optimal. [21][22]

Source: s3-publishing-cmn-svc-prd.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com

7. Pentingnya Tes HIV dan Bagaimana Melakukannya

Pentingnya Tes HIV dan Bagaimana Melakukannya

Tes HIV merupakan langkah penting untuk mencegah penyebaran virus dan meningkatkan pengobatan HIV. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula penanganan dapat dilakukan sehingga infeksi bisa dikendalikan dan tidak berkembang menjadi AIDS. Ada beberapa perilaku dan kondisi yang membuat seseorang rentan tertular HIV seperti berhubungan seks tanpa pengaman, berhubungan seks dengan pengguna narkoba atau pekerja seks komersial, berhubungan seks dengan sesama pria, pernah menerima transfusi darah, dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, orang yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi disarankan untuk melakukan tes HIV. Tes HIV bisa dilakukan di klinik, puskesmas, atau rumah sakit. Hasil tes dapat diberikan dalam waktu kurang dari 30 menit dengan menggunakan metode tes cepat atau dalam waktu satu minggu dengan menggunakan metode tes konvensional. Selalu ingat untuk melakukan tes HIV sejak dini untuk mencegah penyebaran virus dan meningkatkan keberhasilan pengobatan virus ini. [23][24]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak